Rabu, 15 Juni 2016

Resensi Film Pertama

Ada Apa Dengan Cinta?(2002)


Film ini bagi sebagian orang hanya bercerita tentang pergolakan Cinta pada masa SMA saat itu. Dan menurut saya itu benar adanya, akan tetapi saya ingin mencoba menelisik film ini dari perspektif yang berbeda. Kita ketahui sosok Rangga (Nicholas Saputra) yang bersikap dingin dengan keadaan disekitarnya tapi secara ‘diam’ dia juga peka dengan manusia pada lingkungannya atau bisa dibahasakan “Humanist”. Seperti dia memperlakukan Pak Wardiman (Mang Diman) layaknya ayahnya sendiri. Pak Wardiman merupakan penjaga sekolah dan sekaligus orang yang mendaftarkan puisi Rangga dalam lomba puisi disekolahnya meskipun hal tersebut diluar dari sepengetahuan Rangga sendiri.

            Selanjutnya primadona dalam film AADC adalah Cinta (Dian Sastrowardoyo) kita ketahui bahwa Cinta memiliki peran yang sangat penting dalam film tersebut. Sosok Cinta yang sangat care terhadap sahabatnya bahkan kedekatan dia dengan “Geng Cinta” seperti layaknya keluarga sendiri. Tapi, Cinta sendiri memiliki sifat yang menginginkan pengakuan dari lingkungannya sehingga dia cukup kecewa ketika lomba puisi yang diadakan di sekolahnya dimenangkan oleh Rangga. Padahal, teman-temannya telah mengeluh-eluhkan namanya pada saat akan dibacakannya nama pemenang puisi oleh Bapak Kepala Sekolahnya.

            Puisi. Inilah yang memberikan kesan romantis dan menarik dari film AADC. Bahkan tanpa disadari berawal dari puisilah terjadi kedekatan Rangga dan Cinta akan tetapi pertengkaranpun diawali oleh puisi. Seperti ketika Rangga memenangkan lomba puisi dan Cinta hendak mewawancarai Rangga untuk dimuat di mading sekolah, Tapi Rangga menolak dan bersikap acuh terhadap Cinta sehingga membuat Api permusuhan diantara mereka berdua. Tapi, merekapun menjadi damai ketika Cinta mengembalikan buku Rangga yang berjudul “Aku” karya Sjuman Djaya yang sempat terjatuh ketika keduanya berselisih paham.

            Saya pribadi sedikit merasa bingung kenapa buku “Aku” menjadi referensi bacaan dalam film tersebut. Padahal setelah saya membaca buku tersebut hingga tuntas, saya tidak mendapatkan kesamaan “Benang Merah” antara buku tersebut dan Film AADC. Sedikit menggambarkan bahwa dalam buku tersebut tidak lain adalah kisah perjalanan hidup Chairil Anwar dan narasi dalam buku tersebut menggambarkan pergolakan masyakarat Indonesia dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia. Mungkin dalam benak saya, buku tersebut sengaja dihadirkan sebagai upaya untuk meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap sastra Indonesia yang kian menurun. Apalagi dalam buku itu menceritakan Chairil Anwar yang merupakan sastrawan legendaris di Indonesia. Bahkan bukan saja itu, kita mampu membayangkan kondisi Indonesia pada saat itu yang digamabar dalam buku tersebut mengalami pergolakan hingga peperangan yang cukup sengit terhadap penjajah. Ditambah Rangga mengagumi sosok Chairil Anwar.

            Rangga dan Cinta merupakan 2 insan yang berusaha menyatu tapi tak sanggup untuk berkata jujur akan perasaan mereka berdua. Mereka berpuisi sebagai media kejujuran tapi lisan mereka seolah beku untuk mengatakan yang sebenarnya mereka berdua rasakan selama ini. Hingga pada suatu hari Rangga memutuskan untuk pindah ke New York demi melanjutkan pendidikan dan hidupnya disana bersama Ayahnya tercinta. Kabar kepergian Rangga dari Pak Wardiman sontak membuat Cinta terkejut dibuatnya. Akan tetapi berkat dari dukungan “Geng Cinta” akhirnya Cinta mengambil langkah nekat untuk menyusulnya ke Bandara.

            Pertemuan mereka di Bandara tidak mendapatkan hasil yang memuaskan untuk Cinta sendiri dikarenakan Rangga tetap pergi meninggalkannya. Adegan Ciuman mereka seolah menyiratkan sebuah gambaran Romantisme yang terjadi dari kedua insan yang jatuh cinta tersebut. Akan tetapi takdir dan jarak harus memisahkan mereka. Sebelum Rangga benar-benar pergi dari kehidupan Cinta, Dia memberikan sebuah buku saku kepada Cinta untuk dibacanya pada halaman terakhir. Ternyata terdapat puisi yang sengaja ditujukan kepada Cinta;

Perempuan datang atas nama cinta
bunda pergi karna cinta
digenangi air racun jingga adalah wajahmu
seperti bulan lelap tidur di hatimu
yang berdinding kelam dan kedinginan

Ada apa dengannya
meninggalkan hati untuk dicaci
lalu sekali ini aku melihat karya surga
dari mata seorang hawa

Ada apa dengan cinta
tapi aku pasti akan kembali
dalam satu purnama
untuk mempertanyakan kembali cintanya.
bukan untuknya, bukan untuk siapa
tapi untukku

karena aku ingin kamu,itu saja.

Pesan dari puisi tersebut menyiratkan bahwa Rangga akan kembali demi Cinta yang menunggunya. Well, semoga saja Rangga kembali dalam satu Purnama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar