Rabu, 03 Agustus 2016

Puisi Ketigapuluhlima

Nokturnal

Aku terbebas dari rahim seorang ibu di sepertiga malamku.
Mataku terbuka tapi terbutakan oleh gelapnya malam.
Katanya, dunia lagi cantik-cantiknya di kala itu.
Aku tak percaya, sebab hal itu hanya berupa bisikan seorang malaikat berwujud abstrak.

Siapa mereka?
Terdengar suara bahagia dengan nada sedikit parau melintas di daun telingaku.
Mungkin perasaanku saja.
Meski aku cukup yakin, kala itu aku belum memiliki perasaan yang tampak menyiksa seperti sekarang.

Rumah Sakit sederhana di persimpangan jalan adalah persinggahan awalku sebelum merajut kisah di dunia ini.
Dinding retak berwarna putih yang memudar itu merupakan batas teritori antara aku dan dunia luar.
Dari atap sedikit bocor terlihat bintang dan rembulan sedang tersenyum sejenak bersamaku.

Jiwaku cukup lelah bertanya kesana kemari.
Aku butuh jawaban pasti.
Penat diri ini hanya mengukir seribu tanda tanya diri.
Seketika kutemukan sebuah jawaban dari langit ketujuh.
Seraya berkata: 'Aku ini hewan yang berpikir'.

Pare-pare, 7 Juli 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar